Mengenal Perbedaan Brown Sugar, Gula Aren, dan Gula Jawa Pada Boba Tea
Indonesia tengah dilanda demam minuman hits yang tengah naik daun. Siapa yang tidak kenal dark-brown carbohydrate milk tea atau yang erat juga disebut boba? Selain rasanya yang menyegarkan, ada satu faktor penting yang menjadikan minuman ini begitu akrab di lidah. Adalah kehadiran materi yang umum disebut brown carbohydrate ataupun gula aren dan gula Jawa. Tapi adakah perbedaan di antaranya?
Meski sama-sama berwarna gelap, dark-brown saccharide rupanya berlainan dengan jenis yang lain. Mereka menggunakan bahan dasar yang berlawanan dan menghasilkan rasa yang tak sama. Kali ini, Masak Apa Hari Ini akan mengulasnya secara lengkap.
Brown Sugar
Dari namanya, istilah brownish saccharide adalah yang universal dipakai. Inilah juga mengapa brown carbohydrate tidak mampu pribadi disamakan dengan gula Jawa atau gula merah alasannya terbuat dari bahan berlawanan. Brown sugar dibuat dari gula pasir yang berasal dari tebu (Saccharum officinarum) yang diproses dengan adonan molase. Molase sendiri ialah sisa pengolahan gula dari tebu yang tidak mampu dikristalkan lagi.
Kepekatan warna molase mampu berbeda, tergantung sebarapa lama beliau dipanaskan. Semakin usang, warnanya semakin gelap. Brown sugar yang dihasilkan juga mempunyai dua jenis warna, yakni lite dan dark. Warnanya bergantung intensitas book, kepekatan warna molase, serta kandungan gulanya.
Brown carbohydrate berupa abu mirip gula pasir. Kandungan keduanya tak berbeda jauh, sehingga kita tidak mampu menyebut brown sugar lebih sehat dari gula pasir. Minuman boba yang banyak dijual kebanyakan menggunakan chocolate-brown carbohydrate. Namun, beberapa gerai di Republic of Indonesia menjual boba menggunakan gula aren.
Gula Aren
Gula aren berlainan dengan chocolate-brown saccharide. Sesuai namanya, gula aren yang dibuat dari nira pohon aren atau enau (Arenga pinnata). Nira ialah cairan yang didapatkan dengan cara menyadap batang pohon palem-paleman, yang tergolong di antaranya pohon aren. Nira dipanen lalu diolah selama beberapa jam dan dicetak hingga mengeras.
Cetakan yang biasanya digunakan ada dua, yakni batok kelapa dan bambu. Tentunya kita sudah tidak ajaib lagi dengan bentuk gula aren, bukan? Gula aren inilah yang banyak dipakai untuk mengolah makanan camilan tradisional, seperti klepon, es cendol, hingga lupis. Harganya condong lebih hemat biaya dibandingkan gula kelapa.
Gula Jawa
Penamaan gula Jawa lebih luas karena berisikan berbagai macam. Bahkan gula aren pun bisa kita sebut bagian dari gula Jawa. Jika gula aren yang dibuat dari pohon aren, ada pula gula Jawa yang yang dibuat dari kelapa (Cocos nucifera). Hanya saja penyebutan gula kelapa tidak terlalu familiar, banyak orang Indonesia yang menyebutnya gula Jawa kelapa.
Pada prinsipnya, pengerjaan gula Jawa kelapa mirip dengan gula aren. Nira disadap dari pohon kelapa, lalu diolah dalam suhu 110–120°C sampai mengental dan berwarna kecokelatan. Hasilnya dicetak dalam bambu atau batok kelapa.
Kini, gula kelapa banyak dijual dalam bentuk debu dan cair. Popularitasnya naik alasannya gula kelapa dianggap lebih sehat. Menurut penelitian yang dikerjakan Food in addition to Nutrition Research Institute dari Filipina di tahun 2012, indeks glikemik (GI) gula kelapa lebih rendah dari pasir. Gula kelapa mempunyai nilai glikemik 35%, jauh lebih rendah dari gula pasir di angka lxx%. Meskipun intinya kandungan fruktosanya seperti dengan gula pasir.
Untuk meracik boba, kita sebetulnya mampu memakai baik gula aren, dark-brown saccharide, atau gula kelapa bergantung rasa yang ingin kita peroleh. Begitupun dengan boba yang banyak dijual di pasar, kita juga tidak mampu menggeneralisasikan bahwa seluruhnya hanya menggunakan brown saccharide. Bisa jadi, mereka memakai gula aren atau bahkan gula kelapa. Demikianlah perbedaan gula Jawa, gula aren, dan chocolate-brown carbohydrate dilihat dari bahan dasar pembuatannya.